Senin, 21 Mei 2018

Prosesor Intel "Cannon Lake" Debut di Laptop Lenovo

Hasil gambar untuk processor

“Cannon Lake” adalah nama arsitektur baru Intel yang menciutkan arsitektur Kaby Lake sebelumnya, dengan proses fabrikasi 10 nm. Awalnya hendak dirilis pada 2016, kemunculan Cannon Lake berkali-kali tertunda.

Terakhir, Intel mengumumkan baru akan memproduksi massal Cannon Lake pada 2019 mendatang. Meski demikian, belakangan diketahui bahwa seri prosesor baru tersebut diam-diam sudah hadir dalam sebuah laptop low-end bikinan Lenovo, IdeaPad 330.

Laman retailer China JD.com mencantumkan keterangan bahwa laptop berbanderol 3.299 yuan (Rp 7,4 juta) itu ditenagai prosesor Core i3-8121U. Huruf “U” di akhiran namanya menunjukkan chip dimaksud sebagai prosesor ultrabook hemat daya.

Chip dual-core ini menggunakan dua inti CPU Cannon Lake berkecepatan 2,2 GHz dan turbo hingga 3,2 GHz. Core i3-8121U turut dibekali cache 4 MB, dukungan memori LPDDR4 dan LPDDR4X yang irit daya hingga 32 GB, dan memiliki TDP 15 watt.

Lucunya, tak seperti kebanyakan prosesor Intel lainnya belakangan ini, Core i3-8121U tidak dibekali pengolah grafis (GPU) terintegrasi. Lenovo pun memasangkannya dengan kartu grafis AMD Radeon RX 540 2 GB pada laptop IdeaPad 330. Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Inquirer, Senin (21/5/2018), prosesor Core i3-8121U sendiri kini sudah pula terdaftar dalam katalog Intel. Masih belum jelas kapan kemunculan Core i3-8121U akan disusul oleh saudara-saudaranya sesama chip berarsitektur Cannon Lake.

Minggu, 06 Mei 2018

Internet Makin Maju, Industri Telekomunikasi di Indonesia "Jalan di Tempat"

Hasil gambar untuk internet

       Indonesia merupakan salah satu negara yang menikmati pesatnya kemajuan teknologi internet. Namun, industri telekomunikasi yang menjadi tulang punggung layanan internet justru dianggap "jalan di tempat" di tanah air.

Multi-Stakeholders Advisory Group Indonesia Internet Governance Forum (ID-IGF), Aswin Sasongko mengatakan, seiring dengan pemerintah menggenjot peningkatan penetrasi internet, industri telekomunikasi seharusnya ikut berkembang.

Namun pada kenyataannya sekarang, yang paling menikmati adalah industri dari luar negeri yang mengekspor berbagai peralatan telekomunikasi.

Barang yang diimpor Indonesia tersebut mulai dari peralatan yang dipakai membangun jaringan sampai smartphone yang dibeli oleh pengguna.

Kalau dulu kita punya PT INTI yang begitu besar menyuplai perangkat telekomunikasi, sekarang sudah tidak ada," ujar Aswin saat berbicara dalam seminar yang diadakan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia ( PANDI) di Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Aswin mengatakan, industri telekomunikasi yang menikmati kemajuan teknologi informasi dan informartika (TIK) Indonesia justru berasal dari luar negeri. Mereka menikmatinya dengan cara mengimpor berbagai kebutuhan, mulai dari perangkat jaringan hingga smartphone berbagai merek seperti Xiaomi, Apple, dan lainnya.

 "Bayangkan sementara TIK berkembang pesat sekarang, industri kita malah mati. Kalau PT INTI dan lainnya gak punya produk (telekomunikasi) yang bisa dijual di sini, lalu bagaimana pekerjaan insinyur," imbuhnya. Lapangan pekerjaan untuk para ahli teknologi terkait perangkat telekomunikasi itu pun justru berkembang pesat di luar negeri. Sedangkan di tanah air, lapangan pekerjaan terkait malah kurang berkembang.

 "Inilah yang harus seimbang. Bukan tidak boleh ada impor, tapi lihat AS impor dari China tapi juga sebaliknya. Industrinya masing-masing tumbuh. Kita juga harus dibangun juga industri lokalnya," terang Aswin.

Pria yang juga berprofesi sebagai Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengatakan, salah satu hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menyeimbangkan efek perkembangan TIK adalah dengan memperbesar dana riset.

Harapannya riset yang dilakukan di Tanah Air jadi semakin handal dan berkontribusi pada pengembangan produk serta industri secara keseluruhan.

"Saya rasa dana riset juga penting untuk mendorong berbagai riset yang bisa mengembangkan industri. Dana riset kita 0,08 persen dari GDP, salah satu paling kecil di dunia. Bagaimana mau berkembang, kalau buka market, industri tidak tumbuh, pendidikan tidak tumbuh, lalu kita cuma jadi pasar," pungkasnya.

Bukalapak Targetkan Transaksi Rp 200 Miliar Per Hari Selama Ramadan

Hasil gambar untuk bukalapak

Layanan marketplace Bukalapak menargetkan transaksi rata-rata Rp 200 miliar per hari selama bulan puasa/Ramadan 2018 yang dimulai pada pertengahan Mei nanti. Angka itu naik sekitar tiga kali lipat dibandingkan transaksi hari reguler.

 “Puncak transaksi kami prediksi bisa mencapai Rp 300 miliar dalam satu hari,” kata VP Marketing Bukalapak, Bayu Syerli, Kamis (3/5/2018), di Kantor Google Indonesia, Jakarta.

Ia memperkirakan puncak transaksi akan terjadi pada minggu ketiga Ramadan, di mana masyarakat sudah mengantongi Tunjangan Hari Raya ( THR). Adapun produk yang menjadi sasaran adalah gadget, produk kecantikan, serta fesyen. 

“Secara volume lebih banyak yang cari produk fesyen seperti baju, gelang, jam tangan. Kalau dari jumlah transaksi, sudah pasti lebih besar untuk gadget,” ia menjelaskan.
Adapun gadget yang paling laris-manis adalah smartphone dengan kisaran harga Rp 2 jutaan. Bayu Syerli tak menyebut secara spesifik jenis smartphone dengan penjualan tertinggi, tetapi ada tiga brand yang dikatakan paling ramai peminat. 

“Kalau secara merek, paling banyak beli Xiaomi, Asus, dan Samsung, di Bukalapak,” ujar dia.

Sebelumnya, pada Ramadan 2017, Bukalapak mencatat transaksi harian rata-rata di kisaran Rp 150 miliar.

 Ia optimis bisa meningkatkan transaksi tahun ini karena bakal ada promo menarik yang diklaim relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. “Kami akan umumkan promo Ramadan 6 Mei nanti,” ujarnya.

6 smartphone terpopuler di dunia tahun 2018

Hasil gambar untuk hp

     Dari total pengapalan smartphone dunia yang mencapai 345,4 juta unit pada kuartal I-2018, terdapat enam tipe smartphone yang tergolong paling populer dan paling banyak dikapalkan. Data yang dihimpun oleh Strategy Analytics Smartphone Model Tracker (SMT) mencatat bahwa smartphone nomer satu dalam hal popularitas dan paling banyak dikapalkan ke seluruh dunia adalah Apple iPhone X. Total jumlah pengapalan iPhone X pada kuartal I-2018 mencapai kisaran 16 juta unit. Secara pangsa pasar, tipe smartphone ini diperkirakan berhasil mencaplok 4,6 persen dari total porsi smartphone dunia. Informasi yang dirangkum KompasTekno dari Strategy Analytics, Minggu (6/5/2018), mengungkap bahwa masih ada tiga tipe smartphone Apple lain yang secara berurutan meraih popularitas tinggi pada kuartal I-2018.

     Rinciannya adalah iPhone 8 di posisi ke-dua dengan total pengapalan 12,5 juta unit; iPhone 8 Plus di posisi ke-tiga dengan total pengapalan 8,3 juta unit; serta iPhone 7 di posisi ke-empat dengan total pengapalan 5,6 juta unit. Masing-masing smartphone tersebut juga mencaplok pangsa pasar yang cukup besar. iPhone 8 mendapat porsi 3,6 persen; iPhone 8 Plus mendapat 2,4 persen; dan iPhone 7 mendapat 1,6 persen. Sementara itu, ada dua smartphone Android yang tergolong paling populer di kuartal I-2018, yakni Xiaomi Redmi 5A di posisi ke-lima dan Samsung Galaxy S9 Plus di posisi ke-enam. Rinciannya, Xiaomi Redmi 5A tercatat telah dikapalkan sebanyak 5,4 juta unit dan mencaplok pangsa pasar 1,6 persen. Sedangkan Samsung Galaxy S9 Plus dikapalkan sebanyak 5,3 juta unit serta mencaplok pangsa pasar 1,5 persen.


Perusahaan riset pasar Strategy Analytic memberikan catatan, Samsung Galaxy S9 dan S9 Plus baru akan menunjukkan kinerja yang sebenarnya pada kuartal II mendatang. Pasalnya kedua smartphone itu baru mulai dikapalkan pada akhir kuartal I, sehingga kinerjanya belum terlalu mencolok. Prediksinya, pada kuartal II-2018 nanti justru Galaxy S9 Plus yang bakal menjadi smartphone Android terpopuler dan meraih angka penjualan tinggi secara global. Singkatnya, berikut enam tipe smartphone yang paling laris di pasaran global menurut riset dari Strategy Analytics, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Sabtu (5/5/2018). 

1. Apple iPhone X (16 juta unit, pangsa pasar 4,6 persen) 
2. Apple iPhone 8 (12,5 juta unit, pangsa pasar 3,6 persen) 
3. Apple iPhone 8 Plus (8,3 juta unit, pangsa pasar 2,4 persen) 
4. Apple iPhone 7 (5,6 juta unit, pangsa pasar 1,6 persen) 
5. Xiaomi Redmi 5A (5,4 juta unit, pangsa pasar 1,6 persen) 
6. Samsung Galaxy S9+ (5,3 juta unit, pangsa pasar 1,5 persen) 
7. Lainnya (292,3 juta unit, pangsa pasar 84,6 persen)